Apa itu Resin Akrilik?
Jun 14, 2022Resin akrilik adalah bahan polimer (dalam bentuk larutan, dispersi, atau padat) yang mengandung monomer akrilik. Monomer ini biasanya berupa ester akrilik, asam metakrilat, atau turunannya, dan dapat difungsikan dengan memasukkan berbagai gugus kimia (gugus R). Monomer lain juga dapat dimasukkan ke dalam rantai polimer untuk mendapatkan resin dengan sifat yang berbeda atau biaya yang lebih rendah.
Secara umum, resin akrilik menunjukkan ketahanan kimia dan fotokimia yang baik. Resin ini umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari pelapis industri berbasis pelarut dan berbasis air hingga pelapis arsitektur.
Memilih Resin Akrilik : Bahasa Indonesia:
Suhu Transisi Kaca (Tg)
Suhu Transisi Kaca (Tg) adalah suhu di mana bahan polimer akan berubah dari keadaan padat seperti kaca menjadi keadaan cair. Tg resin akrilik ditentukan oleh formulasi resin. Parameter ini memiliki peran penting pada Kekerasan/fleksibilitas lapisan cat akhir. Aturan berikut dapat membantu memilih formulasi resin dengan Tg yang sesuai:
Tg akan sangat bergantung pada monomer resin (monomer metakrilat memiliki Tg lebih tinggi daripada monomer akrilat)
Tg meningkat seiring dengan tingkat ikatan silang (jumlah ikatan silang antara 2 rantai polimer)
Semakin tinggi Tg, semakin keras (kurang fleksibel) film yang diperoleh
Kehadiran monomer lain (misalnya stirena), sifat gugus R reaktif atau non-reaktif yang ada atau Tg dari agen pengikat silang yang digunakan (misalnya melamin atau isocyanate) tentu akan memengaruhi Tg akhir.
Viskositas
Viskositas resin akrilik bergantung pada kandungan padatan, tetapi berat molekul rata-rata polimer dalam resin dan distribusi berat molekul juga akan memengaruhi. Biasanya aturan berikut berlaku:
Untuk kandungan padatan yang sama, semakin tinggi berat molekul rata-rata polimer, semakin tinggi pula viskositasnya.
Bila berat molekul rata-ratanya sama, makin sempit distribusi berat molekulnya, makin rendah viskositasnya.
Penting untuk diperhatikan bahwa berat molekul rata-rata tidak memiliki pengaruh terhadap viskositas emulsi lateks. Dalam kasus khusus ini, viskositas bergantung pada ukuran partikel dan distribusi ukuran.
Nilai Asam
Asam merupakan indikator jumlah gugus karboksil yang terdapat dalam kopolimer. Biasanya dinyatakan sebagai jumlah KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan resin (Lihat DIN 53402 atau ISO 2114). Jumlah gugus karboksil memiliki dampak pada sifat adhesi resin dan pada kelarutan dalam air. Semakin tinggi nilai asam, semakin tinggi jumlah gugus karboksil.
Nomor Nilai Hidroksil
Nilai hidroksil merupakan indikator reaktivitas resin akrilik yang difungsikan dengan fungsi hidroksil (yaitu jumlah gugus OH yang tersedia). Nilai hidroksil biasanya dinyatakan sebagai massa KOH dalam mg yang setara dengan jumlah asam asetat yang bereaksi selama asetilasi resin. Semakin tinggi nilai hidroksil, semakin tinggi pula reaktivitasnya (dan dengan demikian kemungkinan ikatan silangnya).
Suhu Pembentukan Film Minimum untuk Dispersi Akrilik
Suhu Pembentuk Film Minimum (MFT) adalah suhu minimum di mana lateks akrilik akan menghasilkan material yang retak dan bukannya film yang berkesinambungan.
Untuk lateks akrilik yang dirancang untuk aplikasi arsitektur (cat dinding), MFT biasanya di bawah 5°C.
Untuk lateks yang dirancang untuk aplikasi industri, di mana pengeringan oven digunakan, MFT bisa lebih tinggi.
PH (Untuk Berbasis Air atau Dispersi)
Resin akrilik berbasis air biasanya dinetralkan dengan penyangga asam atau basa untuk meningkatkan stabilitas resin. Selama formulasi pelapisan, pH dapat berubah dan dispersi dapat menjadi tidak stabil dan menggumpal:
Jika PH awal bersifat asam maka risiko terjadinya penggumpalan partikel mungkin terjadi jika PH meningkat selama formulasi cat.
Bila pH bersifat basa, dispersi biasanya dapat menoleransi pH lebih tinggi, tetapi tidak pH lebih rendah.